Siapa saja dapat menjadi relawan – asalkan punya semangat untuk berbagi dan menolong sesama.
Semangat ini juga terus berkobar dalam diri Yudi Setiadi, seorang relawan yang tinggal di daerah Tangerang Selatan, Banten. Pak Yudi yang akrab dipanggil Dewa oleh rekan-rekan relawan ini telah berkecimpung dalam dunia kerelawanan sejak Gempa Liwa 1994 dan juga terlibat dalam respon Tsunami Aceh 2004.
Maka tak heran bahwa jiwa kerelawanan Pak Dewa pun turun terpanggil ketika pandemi COVID-19 mulai merebak pula di Indonesia. Ikut terkena dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi tersebut tidak menghalangi niat Pak Dewa untuk membantu sesama. Aksi relawan Pak Dewa dalam pandemi COVID-19 dimulai dengan mendaftarkan diri sebagai relawan COVID-19 yang dibina oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada akhir Maret, tepat ketika anjuran untuk menghindari kerumunan mulai digaungkan. Pak Dewa pun turut rajin mengikuti berbagai pelatihan yang diberikan oleh Tim Koordinator Relawan, termasuk Virtual Workshop: Inti Kerja Kemanusiaan yang diselenggarakan secara online oleh RedR Indonesia, di mana Pak Dewa turut berbagi pengalaman dengan sesama relawan.
Setelah sekian lama menunggu dan tidak juga mendapatkan penugasan dari TKR, Pak Dewa pun kemudian mengambil inisiatif untuk mengumpulkan relawan dari seluruh Indonesia ke dalam sebuah grup komunikasi melalui WhatsApp dan Telegram. Grup ini diharapkan agar dapat menjadi jalur komunikasi dan berjejaring bagi relawan yang berlokasi di seluruh Indonesia, sekaligus berbagi informasi. Pada awal terbentuk, grup tersebut diikuti sekitar 275 relawan, baik medis maupun non-medis. Para relawan juga saling menyemangati satu sama lain di tengah ketidakjelasan mengenai penugasan mereka.
“Teman-teman relawan ini walaupun tidak punya surat tugas ataupun seragam, tetap terus bergerak secara mandiri terutama untuk mengedukasi dan melakukan sosialisasi di wilayah masing-masing,” jelas Pak Dewa.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para relawan ini merupakan inisiatif mandiri dan melalui grup WhatsApp tersebut mereka juga berkoordinasi apabila ada kebutuhan relawan di suatu daerah. Tak jarang relawan bekerja di luar lingkungannya untuk membantu wilayah lain, terutama di daerah Jabodetabek.
“Misalnya ada yang berdomisili di Jakarta Timur, jika diminta dia akan turun juga ke Jakarta Barat ketika dibutuhkan,” kata Pak Dewa.
Pak Dewa sendiri juga dipandang oleh relawan sebagai koordinator yang membantu dalam lobi-lobi ke pejabat rumah sakit maupun pemerintahan. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Pak Dewa adalah membantu menyalurkan bantuan dari sektor privat untuk RS Darurat Wisma Atlet serta membantu pasien baru COVID-19 untuk mendapat bantuan dan penanganan dari pihak rumah sakit.
“Pernah waktu itu ada relawan yang melaporkan tetangganya positif COVID-19, saya langsung hubungi petugas di Wisma Atlet agar pasien ini segera mendapatkan penanganan.”
Pak Dewa yang juga pernah mengikuti Virtual Workshop yang diselenggarakan oleh RedR Indonesia juga turut mengapresiasi pelatihan online tersebut. Virtual Workshop ini dianggap lebih mengena karena adanya sesi diskusi interaktif yang memberikan wadah bagi relawan untuk berbagi pengalaman di daerah masing-masing. Materi yang disampaikan pun juga menjadi bekal bagi relawan untuk memperkuat aksi dan kerja-kerja mereka di lapangan.
Pelatihan ini merupakan kegiatan RedR Indonesia yang didukung oleh SIAP SIAGA dan bekerja sama dengan RedR Australia dan RedR India yang didanai oleh Pemerintah Australia. Materi dan modul pelatihan relawan tersebut dikembangkan oleh RedR Indonesia untuk merespon kebutuhan dalam membekali relawan dengan pengetahuan mengenai kerja kemanusiaan. Pelatih kemanusiaan senior dari RedR India dan RedR Australia membantu meninjau dan memberikan umpan balik untuk memastikan kualitas kursus.
“Relawan tidak hanya butuh semangat, tetapi juga harus cerdas. Ini bisa dilakukan dengan terus mencari pengetahuan dan informasi terkait kerja relawan, baik melalui pelatihan RedR ini maupun dengan berjejaring bersama rekan-rekan relawan lainnya.”