Pandemi Covid-19 tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan tetapi juga berdampak pada sektor kehidupan termasuk sosial dan ekonomi. Secara sosial, berbagai kebijakan pengurangan risiko penularan seperti pembatasan sosial dan penguncian wilayah telah menciptakan banyak kebiasaan baru. Demikian halnya dari segi ekonomi, siklus penawaran dan permintaan (supply and demand) terpaksa mengalami gangguan.
Selain itu faktor kerentanan dan kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi masa pandemi ini perlu menjadi perhatian bersama. Pengalaman pada berbagai situasi bencana menunjukkan bahwa gender menjadi dimensi penting yang berkontribusi pada kerentanan, namun seringkali luput dalam berbagai upaya penanganan bencana.
Laporan Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menyatakan kekerasan berbasis gender meningkat 63% selama pandemi Covid-19. Persoalan peningkatan beban kerja domestik, risiko dan keterpaparan pada wabah yang berbasis gender, hingga dampak pada sektor ekonomi dan kemiskinan menjadi hal yang dihadapi oleh perempuan. Oleh karena itu, perlu adanya sistem koordinasi yang dibangun dari berbagai pihak untuk menangani hal tersebut.
Hal inilah yang dilakukan oleh Hadrianus Edi Handoko Budi Saputro atau biasa dipanggil Pak Edi. Pak Edi adalah salah satu roster di RedR Indonesia, beliau telah terjun selama 20 tahun di dunia kemanusiaan. Baginya terjun di dunia kemanusiaan adalah salah satu bentuk kontribusi bagi masyarakat.
Pak Edi tergabung dalam RESTORE (Response Toward Resilience); program Pemerintah Australia “Australia Assist” yang dikelola oleh RedR Australia dengan penempatan Jayapura, Papua. Program tersebut memiliki tujuan utama untuk mendukung tata kelola sistem kesehatan khususnya pada tingkat provinsi, membangun sistem koordinasi komunikasi dengan semua elemen termasuk identifikasi kekerasan berbasis gender, kajian kebutuhan pasca bencana, serta tindak lanjut rencana kontijensi kedepannya sebagai sektor bantuan kemanusiaan dalam merespon pandemi Covid-19.
Pak Edi menuturkan bahwa persoalan lapangan yang terjadi adalah tidak adanya persiapan regulasi untuk mengantisipasi bencana seperti pandemi Covid-19. Selain itu proses adaptasi masyarakat tidak bisa secara langsung terjadi. Kesadaran masyarakat untuk terus beradaptasi masih perlu dibangun. Proses adaptasi tersebut tidak hanya berbicara perilaku secara individu, namun secara komunal dan kolektif.
Kerja kemanusiaan yang paling penting bagi Pak Edi adalah proses mendorong masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan mereka sehingga terbentuk ketahanan jangka panjang.
“Kita hadir bukan kita untuk mengubah mereka, tetapi mendorong mereka untuk bisa berubah”
tutur Pak Edi
RedR Indonesia percaya bahwa tanggap darurat kemanusiaan yang efektif ditentukan dengan adanya personil bantuan kemanusiaan yang memadai, berkomitmen, dan kompeten. Oleh karena itu melalui RedR Indonesia Roster, para pekerja kemanusiaan profesional yang ahli dibidangnya diterjunkan untuk mendukung masyarakat yang terdampak bencana atau konflik.
Anggota RedR Indonesia Roster akan mendapat kesempatan untuk mendaftar ke posisi yang cocok dengan keterampilan dan pengalaman baik di Indonesia dan luar negeri. Selain itu roster akan mendapat akses dan kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan kemanusiaan yang diselenggarakan RedR untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas sebagai pekerja kemanusiaan, serta berjejaring di jaringan RedR.
Informasi lebih lanjut terkait pendaftaran dan lowongan pekerjaan roster dapat diakses melalui: redr.or.id/roster-redr-indonesia/